Apa Kabar Indonesia Pagi kembali membahas perkembangan terbaru terkait teknologi digital yang saat ini sedang menjadi perbincangan hangat di masyarakat. Informasi mengenai aplikasi Android yang disusupi oleh malware menjadi perhatian utama, mengingat risiko yang dihadapi oleh para pengguna.
Lebih dari 100 aplikasi yang tersedia di platform Android telah terinfeksi oleh malware yang mampu menguras rekening bank pengguna. Ancaman ini tidak hanya merusak privasi dan keamanan data, tetapi juga membuka pintu bagi pencurian dana secara tidak sah.
"Pada saat ini, kita memiliki lebih dari 294 aplikasi yang terpengaruh. Mereka menggunakan software development kit (SDK) untuk menambahkan fitur-fitur tambahan pada aplikasi mereka. Namun, setelah diunggah ke Google Play Store, malware tidak terdeteksi saat instalasi. Malware tersebut secara diam-diam meminta akses dari sumber eksternal untuk melakukan pembaruan aplikasi. Celakanya, aplikasi-aplikasi ini bukanlah dari sumber yang tidak jelas, melainkan dapat ditemukan langsung di Google Play Store," ujar Mas Pratama Persada, seorang pakar keamanan cyber.
Kejadian ini menjadi peringatan serius bagi para pengguna Android, karena malware yang tersembunyi dalam aplikasi-aplikasi di Google Play Store tidak terdeteksi oleh Google Play Protect, sehingga pengguna tidak menyadari adanya ancaman ketika mengunduh aplikasi tersebut.
Menurut Mas Pratama, "Malware ini memiliki sifat yang sangat merugikan. Mereka dapat memonitor aktivitas di ponsel pengguna, termasuk melihat informasi rekening dan kata sandi untuk akses ke mobile banking. Bahkan, beberapa malware dapat melakukan perubahan pada nomor rekening yang disalin-copas oleh pengguna, sehingga uang yang seharusnya ditransfer ke rekening tujuan malah masuk ke rekening pelaku."
Keberadaan malware ini juga berpotensi membahayakan pengguna dengan adanya kemungkinan akses jarak jauh pada ponsel pengguna (remote access Trojan), yang memungkinkan pelaku untuk mengambil alih kontrol perangkat, termasuk membaca PIN, kata sandi, dan melakukan transaksi yang dianggap sah oleh bank.
Meskipun jumlah unduhan mencapai angka yang mengkhawatirkan, yakni lebih dari 421 juta kali, sangat sulit bagi pengguna untuk mengidentifikasi aplikasi-aplikasi yang terinfeksi sebelum kerugian terjadi.
"Antisipasi terbaik yang dapat dilakukan adalah dengan memasang antivirus yang dapat memberi peringatan terhadap aplikasi yang terinfeksi. Ini penting karena banyak aplikasi yang terinfeksi masih dapat berfungsi dengan normal tanpa menunjukkan gejala yang jelas," tambahnya.
Namun, upaya pencegahan ini belum tentu efektif setelah aplikasi terlanjur diunduh. Meski aplikasi terhapus dari perangkat, malware dapat tetap beroperasi secara tersembunyi di dalam sistem.
"Kita harus lebih waspada dalam mengunduh aplikasi, lebih baik memilih untuk menggunakan antivirus yang dapat membantu mengidentifikasi potensi ancaman. Investasi dalam keamanan perangkat lebih penting daripada risiko kehilangan dana yang besar karena pencurian yang terjadi," tandasnya.
Dengan peringatan ini, para pengguna Android diminta untuk meningkatkan kewaspadaan dan mempertimbangkan langkah-langkah keamanan yang lebih baik dalam melindungi informasi pribadi dan keuangan mereka dari ancaman malware yang terus berkembang di dunia digital.