Sebuah pabrik mega memiliki cara tersendiri dalam memproses jutaan jamur setiap hari. Semua bermula di ruang pertumbuhan yang suhu dan kelembapannya dikendalikan dengan cermat. Di dalam ruangan ini, barisan jamur tumbuh subur dalam kondisi yang benar-benar terukur. Budidaya jamur sendiri telah disempurnakan selama berabad-abad, dan kini berkembang pesat berkat bantuan teknologi modern. Tidak seperti tanaman tradisional yang dimulai dengan benih, budidaya jamur diawali dengan spora, yang merupakan unit reproduksi mikroskopis.
Proses awal dimulai dengan pembuatan substrat, yaitu media tanam yang sangat penting bagi pertumbuhan jamur. Untuk varietas jamur komersial seperti jamur kancing putih, substrat ini terdiri dari campuran jerami, kotoran kuda, limbah ayam, dan bahan organik lainnya. Proses pencampuran ini tidak dilakukan sembarangan, melainkan dengan pengawasan ketat untuk memastikan bahwa mikroorganisme yang bermanfaat tumbuh dan memecah bahan-bahan tersebut menjadi nutrisi yang dibutuhkan jamur.
Setelah substrat siap, tahap berikutnya adalah penyemaian. Jamur ditanam dalam substrat yang sudah disiapkan melalui penyebaran akar jamur atau miselium. Proses ini terjadi dalam ruang khusus yang dikontrol suhunya secara ketat. Kelembaban dan kadar karbon dioksida juga diatur untuk menciptakan kondisi terbaik bagi pertumbuhan jamur. Setelah miselium tumbuh merata, lapisan tipis gambut ditambahkan di atas substrat untuk menjaga kelembapan dan merangsang pertumbuhan jamur yang dimulai dari ukuran kecil.
Proses panen dilakukan secara manual untuk menjaga kualitas jamur. Para pekerja dengan hati-hati memetik jamur yang sudah matang tanpa merusaknya. Jamur yang baru dipetik segera dimasukkan ke dalam truk berpendingin, menjaga kesegaran dan kualitasnya selama perjalanan ke pabrik pengolahan. Setibanya di pabrik, jamur melalui proses inspeksi kualitas untuk memastikan bahwa hanya jamur dengan kualitas terbaik yang masuk ke tahap berikutnya.
Di tahap pembersihan, jamur dicuci dengan air dingin atau dibersihkan menggunakan sistem udara untuk menghilangkan kotoran. Setelah itu, teknologi kamera berkecepatan tinggi dan kecerdasan buatan memindai setiap jamur untuk mendeteksi cacat atau ukuran yang tidak sesuai standar. Jamur kemudian dipisahkan berdasarkan ukuran dan diproses lebih lanjut sesuai jalur produksinya, baik itu untuk dikemas segar, diiris, dikeringkan, atau dikalengkan.
Pabrik ini juga memanfaatkan jamur untuk memenuhi kebutuhan produk alternatif daging yang semakin populer. Jamur seperti portabello dan oyster, yang memiliki tekstur mirip daging, diproses menjadi produk seperti burger nabati dan sosis. Teknologi ekstrusi digunakan untuk menghasilkan tekstur yang menyerupai serat daging, memastikan produk tersebut sesuai dengan standar rasa dan tekstur yang diharapkan konsumen.
Pabrik mega ini beroperasi tanpa henti, memproses setiap batch jamur dari mulai tahap pertumbuhan hingga siap untuk didistribusikan. Dengan sistem yang terus berjalan, jamur dalam berbagai bentuk bisa sampai ke meja makan di seluruh dunia setiap harinya.