Kehidupan selalu penuh dengan kejutan dan perubahan. Sebuah kisah inspiratif datang dari seorang mantan pegawai bank yang memutuskan untuk meninggalkan gemerlapnya kehidupan kota dengan mobil Mercy dan beralih menjadi pemilik kedai kopi sederhana, mengandalkan motor Supra untuk kesehariannya.
Awal Mula Perjalanan Hijrah
Seorang mantan pegawai bank di kota Malang, yang selama delapan tahun bekerja dengan gaji yang lumayan, mulai merasa tidak nyaman dengan kehidupannya yang serba mewah. Setiap tahunnya ia dan keluarganya sering jatuh sakit, membuatnya berpikir bahwa ada yang salah dalam hidupnya. "Kenapa sih harus terlalu stres? Mungkin ini peringatan dari Allah," ujarnya sambil mengenang masa-masa sulit itu.
Kehidupan sebagai pegawai bank, meski terlihat gemerlap, ternyata penuh dengan tekanan. "Saya sering opname, anak-anak juga sering sakit. Mungkin ini sudah peringatan dari Allah," lanjutnya.
Keputusan untuk Berhijrah
Puncak dari perubahan hidupnya adalah ketika ia melihat selebaran tentang bahayanya riba di sebuah masjid saat bulan Ramadan. Selebaran itu membuat hatinya tersentuh dan ia mulai mempertimbangkan untuk berhenti dari pekerjaannya di bank. Prosesnya tidak mudah dan membutuhkan waktu beberapa bulan hingga akhirnya ia memutuskan untuk resign.
"Sebelum saya resign, saya sudah memiliki usaha sampingan. Tapi semuanya tidak berjalan lancar. Akhirnya saya harus menjual semua aset, termasuk rumah dan mobil, dan hanya menyisakan motor Supra," kenangnya.
Memulai Usaha Kedai Kopi
Dengan modal dari menjual aset-asetnya, ia memulai usaha kedai kopi kecil-kecilan di garasi rumah almarhum kakeknya. Awal mulanya sangat sulit, dengan banyak tantangan yang harus dihadapi. Namun, dengan tekad yang kuat dan doa, usahanya perlahan-lahan mulai menunjukkan hasil.
Ia juga mulai mengajar tentang kopi di beberapa kafe dan membuka kelas barista untuk anak-anak, sambil tetap mengingat prinsip bahwa ilmu bisa didapatkan gratis dan harus dibagikan dengan gratis pula.
Kesederhanaan yang Membawa Kebahagiaan
Kini, meski hanya mengandalkan motor Supra untuk kegiatan sehari-harinya, ia merasa lebih bahagia dan tenang. "Dulu saya punya mobil Mercy, tapi hati saya tidak tenang. Sekarang hanya dengan motor Supra, hidup saya lebih bermakna," katanya.
Kehidupan yang sederhana ini ternyata membawa berkah tersendiri. "Kita sekarang sangat menikmati naik motor berdua ke sana-sini. Dulu mungkin kita kurang bersyukur," ujarnya sambil tertawa.
Kisah ini mengingatkan kita bahwa kebahagiaan sejati tidak datang dari harta benda yang melimpah, melainkan dari hati yang tenang dan hidup yang penuh berkah. Terkadang, meninggalkan kemewahan dan memilih kesederhanaan bisa menjadi jalan terbaik untuk menemukan makna hidup yang sebenarnya. "Lebih baik kehilangan sesuatu karena Allah daripada kehilangan Allah karena sesuatu," tutupnya dengan bijak.