Di Indonesia, ikan mas atau dikenal juga sebagai "carp" menjadi salah satu jenis ikan tawar yang sangat berharga. Ikan ini banyak dikonsumsi masyarakat dan memiliki nilai produksi yang tinggi. Namun, kondisi berbeda terjadi di Amerika Serikat, di mana ikan ini dianggap sebagai ancaman serius yang merusak ekosistem perairan tawar.
Ikan mas pertama kali dibawa ke Amerika pada tahun 1963 oleh federasi bernama Fish and Wildlife Service. Pada saat itu, tujuan utamanya adalah mengatasi masalah lingkungan yang meliputi alga, jentik nyamuk, dan krustasea yang merajalela di perairan Amerika. Karena sifatnya yang dapat memakan berbagai jenis tumbuhan dan ikan kecil, ikan mas diharapkan mampu mengontrol populasi hama secara alami tanpa bahan kimia. Percobaan pertama dilakukan di instalasi limbah, di mana ikan mas dipakai untuk membersihkan alga beracun. Namun, kontrol terhadap populasinya tidak berjalan baik, hingga ikan-ikan ini lepas ke sungai-sungai dan berkembang biak dengan sangat cepat.
Dalam beberapa tahun, populasi ikan mas tumbuh pesat, bahkan menguasai lebih dari tiga perempat ekosistem perairan tawar Amerika, yang mengancam keberadaan spesies ikan asli di sana. Selain itu, ikan mas yang rakus memakan tumbuhan dasar sungai menyebabkan perairan menjadi keruh dan habitat alami lainnya rusak. Para nelayan menyadari ancaman ini ketika mereka sering kali menemukan ikan mas yang berukuran besar dalam jaring tangkapan mereka, beberapa di antaranya bahkan mencapai berat lebih dari 35 kg.
Masyarakat Amerika menghadapi tantangan besar karena populasi ikan mas yang terus bertambah dan sulit dikendalikan. Pemerintah mencoba berbagai cara untuk membasmi ikan ini, seperti meracuni perairan, memasang pembatas di sungai, hingga mengadakan festival perburuan ikan mas dengan hadiah bagi para peserta. Meskipun usaha ini mampu mengurangi jumlahnya untuk sementara, ikan mas tetap berkembang biak dengan cepat, sehingga masalah tidak terselesaikan sepenuhnya.
Upaya pemerintah Amerika kini terus berkembang, termasuk eksperimen dengan alat pemancar suara frekuensi tertentu yang diharapkan dapat membasmi ikan mas tanpa merusak ekosistem lainnya. Tantangan besar ini menjadi bukti bagaimana spesies yang diharapkan dapat menjadi solusi, justru bisa berubah menjadi ancaman bagi lingkungan di wilayah yang bukan habitat aslinya.