Pagi yang penuh ketegangan dan adrenalin, seorang petualang lokal, Ramadan, memutuskan untuk mengeksplorasi Gunung Anak Krakatau dari jarak yang sangat dekat. Dengan keberanian luar biasa, ia terbang menggunakan drone untuk merekam kubah lava aktif dari gunung yang terkenal di seluruh dunia karena letusannya yang dahsyat pada tahun 1883.
Ramadan memulai petualangannya tepat pukul 07.30 pagi, di mana dia dengan hati-hati mengoperasikan drone Rajawali F7 dan GoPro 12 Black. Saat pasir besi yang berserakan di sekitar gunung terbang tertiup angin, Ramadan dengan tenang mengucapkan doa sebelum memulai eksplorasi yang berbahaya ini.
"Saya berharap semuanya berjalan lancar dan selamat," ujar Ramadan sambil menatap tajam layar kontrol dronenya. Dia tahu bahwa setiap keputusan yang diambil dalam hitungan detik bisa berarti perbedaan antara keselamatan dan bahaya.
Setiap detik terasa mencekam ketika drone tersebut mulai mendekati kubah lava. Ramadan terus berusaha menjaga stabilitas sinyal, meskipun angin kencang dan sinyal yang terganggu membuatnya harus berpikir cepat. Ketika akhirnya drone mendekati pusat kawah, pemandangan luar biasa terungkap. Lava yang mengalir, bebatuan yang tajam, dan gumpalan asap tebal membuat Ramadan terguncang.
"Melihat langsung pusat kawah dari ketinggian rendah, jantung rasanya mau berhenti. Ngeri banget, angin di sini kencang sekali," ungkapnya sambil terus mengarahkan drone dengan tangan gemetar.
Namun, tantangan tidak berhenti di situ. Ketika mencoba menjelajahi sisi lain gunung, sinyal drone kembali terhalang, membuat Ramadan harus menaikkan ketinggian dan mencari posisi yang lebih aman. Dengan kecermatan yang luar biasa, dia berhasil mengarahkan drone ke arah laut, menelusuri bebatuan tajam yang terbentuk dari aliran lava. Setiap detik dari eksplorasi ini dipenuhi dengan ketegangan, terutama saat angin besar datang tiba-tiba, memaksa Ramadan untuk terus memperbaiki arah terbang drone.
"Terbang di atas lahar yang sudah membatu ini benar-benar membuat saya merinding. Batu-batu ini tajam sekali, dan membayangkan bagaimana letusan bisa menciptakan semua ini sungguh mengerikan," tuturnya sambil tetap fokus mengendalikan drone.
Setelah 20 menit yang menegangkan, Ramadan akhirnya memutuskan untuk kembali. Dengan hati-hati, dia mengarahkan drone kembali ke titik awal. Meski angin semakin kencang, Ramadan berhasil mendaratkan drone dengan selamat.
"Alhamdulillah, semuanya lancar dan selamat. Ini adalah pengalaman yang tidak akan pernah saya lupakan. Gunung Anak Krakatau benar-benar indah sekaligus menyeramkan. Semoga gunung ini tetap aman dan kita semua selalu dalam lindungan," pungkasnya dengan rasa syukur yang mendalam.
Petualangan Ramadan ini menjadi pengingat akan kekuatan dahsyat alam yang harus kita hormati dan waspadai. Gunung Anak Krakatau terus menjadi simbol dari kekuatan alam yang tidak terduga, dan eksplorasi ini memberikan gambaran yang mendalam tentang betapa besarnya potensi bahaya yang ada di balik keindahan alam yang memukau.