Di tengah pandangan masyarakat yang seringkali meremehkan, bisnis budidaya cacing ternyata menyimpan potensi omzet yang luar biasa. Dalam sebuah video dokumentasi yang diunggah di YouTube, diungkap bagaimana peluang besar bersembunyi di balik usaha yang tampak sederhana ini.
Sebuah kunjungan ke peternakan cacing di Tlogowaru, Malang, membuka wawasan tentang prospek bisnis ini. Dikisahkan oleh Gogo, seorang pebisnis cacing yang telah memulai usahanya sejak 2011, bisnis budidaya cacing tidak hanya menjanjikan return yang menggiurkan tapi juga memberikan kontribusi positif terhadap lingkungan. Cacing, yang biasanya dipandang sebelah mata, ternyata memiliki peran penting dalam rantai makanan, khususnya sebagai sumber protein tinggi untuk pakan ikan dan udang.
Omzet dari bisnis ini bisa mencapai jutaan rupiah per minggu dengan proses yang relatif sederhana. Cacing dijual dengan harga Rp20.500 per kilogram kepada para tengkulak yang kemudian mendistribusikannya untuk berbagai keperluan, mulai dari pakan ikan hingga pakan udang. Selain itu, kotoran cacing atau vermikompos, yang merupakan hasil samping dari budidaya cacing, menjadi pupuk organik berkualitas tinggi yang sangat dibutuhkan dalam sektor agribisnis.
Salah satu kunci sukses dari bisnis budidaya cacing adalah pemilihan pakan yang tepat. Limbah organik dari berbagai sumber, seperti limbah pasar dan limbah industri gula, diolah menjadi pakan cacing. Proses ini tidak hanya menghasilkan cacing berkualitas tetapi juga mengurangi limbah organik yang menjadi masalah di banyak daerah.
Kisah Gogo dan peternakan cacing di Tlogowaru menunjukkan bahwa bisnis yang sering diremehkan ini sebenarnya memiliki potensi ekonomi yang besar. Dengan teknik budidaya yang tepat dan pengelolaan yang baik, budidaya cacing bisa menjadi sumber penghasilan yang tidak hanya menguntungkan tapi juga berkelanjutan. Ini membuktikan bahwa tidak ada usaha yang remeh selama dilakukan dengan serius dan penuh perhitungan.